24 / 06 / 04
Sebenarnya, tahun ini aku sengaja tidak mengambil kelas musim panas, dengan niat untuk lebih mengenal rumah sendiri. Mendekatkan diri pada yang sudah dekat, merangkai cerita dan pengalaman penuh arti di bumi pertiwi.
Tak tahu apakah semua itu akan benar-benar berarti, tapi aku memilih untuk tetap menjadi diri sendiri.
Hari ini, di akhir bulan Mei, aku akhirnya kembali pulang ke kampung halaman. Kalau dihitung-hitung, sudah kurang lebih dua tahun sejak terakhir kali aku pulang. Sungguh, ini adalah kesempatan yang begitu berharga.
Hari-hari pertama di Indonesia benar-benar membuatku gembira. Aku bisa kembali berkumpul bersama keluarga dan mencicipi makanan penuh rasa yang selalu kurindukan.
Di sini, aku menceritakan pengajuan visa dan kegiatan yang akan aku laksanakan di Amerika nanti. Tentu, orang tuaku khawatir, tapi akhirnya mempersilakan dan berpesan, "Jangan lupa selalu jaga diri baik-baik."
Melompat ke hari jadwal wawancara visa Amerika di Jakarta.
Hari ini, aku bersama kakak dan adikku berangkat ke Jakarta. Rencananya, setelah wawancara visa, kami akan bermain di Dufan bersama.
Aku turun di Stasiun Gondangdia, sementara saudariku langsung menuju tempat wisata. Aku segera menyusul setelah urusanku selesai. Dari stasiun, aku melanjutkan perjalanan dengan ojek online dan turun di depan kantor kedutaan.
Tentu saja aku merasa gugup, tapi kali ini aku lebih yakin. Bagaimanapun, ini adalah usaha kedua untuk mengajukan visa Amerika. Belajar dari pengalaman sebelumnya.
Di depan pintu masuk, sudah banyak orang lain yang juga mengajukan visa. Setelah pemeriksaan jadwal appointment dan memastikan tidak ada barang bawaan yang diperbolehkan masuk, aku melangkah ke ruang tunggu sebelum bilik wawancara.
Kali ini, ruang tunggu cukup ramai, dan aku harus menunggu cukup lama sebelum giliranku tiba. Sambil menunggu, aku mencoba mempersiapkan jawaban-jawaban yang mungkin akan ditanyakan.
Memasuki ruangan aku melihat dari kejauhan, tampak yang lainnya maju berkeluarga ataupun sendirian. Masing-masing mendapatkan hasil dari pengajuannya, kertas putih yang artinya visa diterima dan kertas merah artinya visa ditolak.
Ketika akhirnya giliranku tiba, aku masuk ke bilik wawancara. Di dalam, seorang wanita muda, mungkin berusia di bawah 30 tahun, menyambut dan mulai mengajukan pertanyaan. Fyi, di Jakarta, kamu bisa memilih menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Namun, kali ini aku tetap memilih menggunakan bahasa Inggris.
Pertanyaan-pertanyaannya kurang lebih sama seperti sebelumnya. Namun, di akhir wawancara, ia menyinggung fakta bahwa aku pernah mengajukan visa sebelumnya dan ditolak. Aku mencoba menjelaskan situasinya dengan sebaik mungkin.
Wanita itu tampak kurang puas dengan jawabanku dan menanyakan alasannya mengapa visa kali ini harus diterima. Aku berusaha menjelaskan lebih detail, terutama terkait spekulasi bahwa penolakan sebelumnya mungkin karena latar belakang pendidikan agamaku yang dianggap tidak relevan dengan kegiatan yang akan diikuti nanti.
Aku menegaskan bahwa kegiatan ini adalah "Young Leadership Summit" yang berfokus pada pelatihan kepemimpinan pemuda dan pengembangan keterampilan, tanpa kaitan langsung dengan latar belakang jurusan atau agama.
Setelah mendengarkan penjelasanku, ia diam sejenak, tampak memikirkannya dengan saksama. Hingga akhirnya, ia memberikan kertas putih.
Kamu tahu artinya, kan? Kertas putih berarti visa pengajuanku diterima.
Aku terdiam sejenak, lalu segera keluar dari ruangan dengan perasaan gembira. Ternyata, aku bisa melakukannya. Aku masih diberikan kesempatan untuk melangkah lebih jauh.
Setelah meninggalkan kedutaan, aku langsung menemui saudariku di Dunia Fantasi, Taman Impian Jaya Ancol. Hari itu benar-benar menjadi hari yang luar biasa!
Kurang lebih satu minggu kemudian, aku kembali ke Jakarta untuk mengambil paspor beserta visa Amerika-ku. Fyi, jika pengajuan visa diterima, kamu bisa memilih untuk dikirimkan langsung ke alamat rumah atau mengambilnya sendiri di kantor ekspedisi yang telah ditentukan.
Akhirnya, visa Amerika sudah tertempel rapi di halaman pertama pasporku. Alhamdulillah, aku mendapatkan visa dengan masa aktif lima tahun dan fasilitas multiple entries. Hal ini membuat paspor biruku terlihat semakin "berwibawa," hehe.
Rasanya seperti mimpi. Setelah melalui proses yang panjang dan penuh perjuangan, akhirnya aku bisa memegang visa ini di tanganku. Sebuah langkah kecil di pasporku, tapi langkah besar untuk petualangan baru yang menanti.
Setelah mendapatkan visa, tanpa menunggu lama, aku segera mengabarkan melalui email bahwa pengajuan visaku telah diterima dan sekaligus mengonfirmasi keikutsertaanku dalam kegiatan ini.
Selanjutnya, segalanya terasa begitu cepat. Beberapa hari kemudian, kami mengadakan meeting persiapan untuk membahas kebutuhan dan perlengkapan yang akan dibawa. Oh iya, ternyata panitia bersedia menyediakan hampir seluruh perlengkapan trekking yang diperlukan, mulai dari tas carrier, sepatu gunung, matras, tenda, hingga perlengkapan lainnya. Kami berdiskusi lebih lanjut untuk memastikan semua persiapan berjalan dengan baik.
Mengenai tiket penerbangan, kami diberikan beberapa opsi rute yang tersedia. Awalnya, kami sempat mempertimbangkan menggunakan Singapore Airlines dengan rute transit di Singapura, lalu melanjutkan penerbangan langsung ke San Francisco selama 16 jam tanpa henti. Namun, setelah dipikirkan kembali, kami sepakat untuk tidak memilih opsi itu karena durasi yang terlalu panjang di udara pasti akan membuat kami pegal-pegal.
Akhirnya, pilihan mengerucut ke dua opsi: transit di Jepang atau Korea. Setelah berdiskusi, mayoritas lebih memilih transit di Jepang. Maka, kami pun memutuskan untuk menggunakan Japan Airlines. Rutenya adalah berangkat dari Jakarta menuju Tokyo, transit sejenak di Jepang, lalu melanjutkan perjalanan ke San Francisco, California, Amerika Serikat.
Ini akan menjadi pengalaman pertamaku ke Jepang, dan banyak momen serta cerita yang tidak akan pernah kulupakan selama di sana. Tunggu kisah lengkapnya di judul khusus nanti!
Setelah semua persiapan selesai dan waktu semakin mendekati hari keberangkatan, aku merasa lebih tenang karena semuanya sudah siap untuk kegiatan di Amerika nanti.
Namun, untuk saat ini, aku memilih untuk melupakan sejenak perjalanan itu karena minggu ini aku akan memulai sebuah petualangan baru—menjalankan pengabdian masyarakat di Tanah Toraja.
Semoga perjalanan kali ini memberikan banyak pelajaran dan cerita yang salah satunya bisa kubawa saat memulai langkah di Amerika nanti.