22 / 12 / 21
Satu hal yang sangat aku syukuri saat ini, tak disangka-sangka satu persatu impianku dibukaan oleh-Nya. Allah yang Maha Pemberi Jalan, jalan yang sangat tidak aku pikirkan sebelumnya. Hanya satu jalan tetapi menjadi gerbang pembuka untuk setiap jalan lainnya.
Ketika aku sampai disini, satu impianku yang aku niatkan untuk segera dapat aku jalankan. Melaksanakan ibadah umroh, awal dari segala perjalanan yang aku impikan. Memprioritaskannya terlebih dahulu dari pada yang lainnya, tempat manapun dipenjuru dunia.
Mobil Bis, kendaraan yang akan kugunakan untuk melaksanakan ibadah umroh ini. Berangkat dari kampus di Sharjah, UAE menuju kota Mekkah di negara tetangga Arab Saudi. Memang apabila dilihat dari peta kita dalam satu perbatasan negara, tapi perjalanan panjang yang akan kami lalui untuk menempuhnya.
Tiga bis berangkat tepat selepas magrib, dengan kepergian yang hangat dari teman-teman lainnya. Lantunan doa disampaikan untuk kita semua, semoga dapat melaksanakan ibadah umroh dengan sebaik-baiknya.
Perjalanan yang akan kita tempuh kurang lebih 2000 km dengan estimasi waktu 30 jam perjalanan. Waktu yang tidak sedikit apabila yang kita lakukan hanya duduk tegap didalam bis yang kita gunakan.
Pukul 11 malam, baru 4 jam setelah bis berangkat. Kita sampai di sebuah masjid jauh dari ujung ibukota Abu Dhabi. Berhenti sejenak untuk beristirahat dan melaksanakan shalat isya. Aku juga sempat makan terlebih dahulu, dengan bekal yang sudah kita siapkan sebelumnya. Express Chicken, ayam kentuki terenak di Emirat Arab, ucap salah satu temanku. Aku akui juga akan hal itu. Selepasnya kita melanjutkan perjalanan.
6 jam perjalanan, pegal-pegal mulai merasukiku. Posisi duduk silih berganti ke-kanan ke-kiri bahkan sampai bertukar tempat duduk kebelakang. Rasa sakit hilang begitu saja ketika aku sudah terlelap dalam tidur.
Tidak lama, selang hanya beberapa menit kami tiba di perbatasan. Pertama kami tiba diperbatasan keluar negara emirat, cepat saja tidak terlalu lama kami mengantri, hanya rombongan kami yang ada kala itu. Satu-persatu dicap paspor sebagai tanda keluar dari perbatasan negara oleh imigrasi.
Akhirnya kita masuk perbatasan imigrasi negara Arab Saudi, ucapan syukur kulantunkan diberi keselamatan hingga saat ini. Kulihat jam di tanganku menunjukan pukul dua dini hari. Segera pak supir memasuki imigrasi dan menghentikan kendaraan di tempat parkir yang tersedia.Kuhembuskan nafas dan turun dari mobil sambil melihat keadaan sekitar. Ternyata puluhan mobil bis sudah berjejer rapi mengatri giliran untuk masuk. Apabila kuhitung, bis yang aku tumpangi ini masuk dalam urutan ke-28. Bayangkan saja apabila satu bis membawa 60 penumpang, maka total keseluruhannya terdapat kurang lebih seribu lima ratusan orang yang mengantri untuk masuk imigrasi. Aku tak dapat berbuat banyak.
Tak banyak aktifitas yang dapat kulakukan, kami keluar bis untuk beristirahat sejenak. Tidak ada tempat duduk, hanya lapangan parkir membentang luas dengan hamparan qurun pasir. Tak ada toko maupun penjual disekililingpun, bahkan tidak ada sinyal stabil yang bisa kudapatkan. Hanya toilet dengan lima pintu tersedia diujung sana yang dibagi untuk digunakan oleh ribuan orang bergantian.
Mau tak mau aku beristirahat dengan puluhan teman lainnya di dalam bis yang dapat dibilang sudah cukup sumpek karena udara yang tertutup dan AC dalam bis itu dimatikan. Serta sedikit bau pesing dari toilet yang tersedia di dalam bis yang digunakan ketika dalam perjalanan. Berkali-kali aku bangun dan terlelap, tak terhitung berapa lama itu berlangsung.
Pukul dua siang dihari selanjutnya, setelah 11 jam terdampar di parkiran perbatasan akhirnya kami dapat giliran untuk masuk imigrasi. Seperti biasanya menunjukan visa dan paspor untuk dapat masuk kedalam wilayah negara. Berhenti sejenak di-rest area terdekat untuk makan pagi dan siang karena sebelumnya tidak ada penjual apapun di perbatasan imigrasi.
Selepas itu kami melanjutkan perjalanan, masih sangat panjang perjalanan yang harus kami lalui. Ketika sudah masuk dalam wilyah negara arab saudi dan kebetulan disiang hari. Ternyata hamparan luas padang pasir dengan jalan setapak ditengah yang kita lalui. Pemandangan ini tidak dapat aku saksikan karena ketika itu aku berangkat dimalam hari. Sejauh mata memandang tumpukan pasir membentuk gunungan kecil dengan motif khas yang dibuat secara alami dengan hembusan angin yang melintas.
Sejenak aku merenung memikirkan, bagaimana bisa saat itu Rasulullah SAW dengan para sahabatnya dapat berpindah dengan berhijrah dari mekkah ke madinah hanya dengan menumpangi seekor unta?. Padahal diluar itu matahari bersinar sangat terik dan tidak ada tempat untuk berteduh sama sekali. Seketika itu kulantukan shalawat kepada-Nya.
Tak terhitung berapa kali kami berhenti untuk beristirahat, shalat, dan makan. Mungkin setiap empat jam sekali kami berhenti, meregangkan pegal disekujur badan. Gunung-gunung batu sempat terlihat menjulang tinggi. Hamparan padang pasir sudah menjadi tontonan yang tiada henti.
Setelah mengambil miqot di Qarn al-Manazil, 75 kilometer dari kota Mekkah. Melanjutkan perjalanan dan merapihkan segala perbekalan di hotel tempat tinggal. Akhirnya setelah 42 jam perjalanan menggunakan bis menuju kota Mekkah, segera kulaksanakan ibadah umroh.
Seketika itu air mataku terjatuh dengan sendirinya, bersyukur dengan sungguh-sungguh karena dapat mengunjungi tempat mulia-Mu. Masjidil Haram, dimana Baitullah berada.
Tak pernah kusangka, satu gerbang dapat membuka segalanya. Alhamdulillah, kuucapkan tiada henti.